JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 hanya akan mencapai angka enam persen, dan pemerintah sedang mengupayakan target ini tercapai.
“Target 6,3 persen itu sulit diraih. Karena itu berarti kita harus tumbuh 6,6 persen di semester II. Hal itu sulit dilakukan. Tetapi jika angka itu berada di kisaran enam persen, masih mungkin untuk diraih,” kata Menteri Keuangan RI, Dr. Muhammad Chatib Basri, pada Senin (12/8) di Jakarta.
Pemerintah juga akan mendorong konsumsi rumah tangga. Ini merupakan kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah, karena konsumsi rumah tangga adalah salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar. “Presiden menyiapkan langkah keep buying strategy. Karena komponen terbesar dari PDB adalah konsumsi, maka jika konsumsi kuat maka PDB dapat tertolong,” lanjut Chatib.
Saat ini menurut pengeluaran, struktur Produk Domestik Bruto (PDB) didominasi konsumsi rumah tangga yang tumbuh 55,44 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 32,68 persen, Konsumsi Pemerintah 8,63 persen, ekspor 23,15 persen dan impor 25,72 persen.
Peredaran uang saat hari Idul Fitri mendorong transaksi ekonomi dan berkontribusi besar dalam konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi. “Bank Indonesia memperkirakan sekitar Rp 110 triliun uang dikeluarkan saat mudik. Jika dibandingkan dengan APBN baru, yang sejumlah Rp 1.600 triliun, jumlah itu hampir 10 persennya. Angka tersebut dicapai hanya dalam waktu satu bulan, maka memberi dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan,” kata Chatib lagi.
“Konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah (untuk gaji) yang akan mendorong perekonomian. Investasi mulai melambat dan pertumbuhan ekspor tidak bisa diharapkan,” tutup Chatib. (Antara)
“Target 6,3 persen itu sulit diraih. Karena itu berarti kita harus tumbuh 6,6 persen di semester II. Hal itu sulit dilakukan. Tetapi jika angka itu berada di kisaran enam persen, masih mungkin untuk diraih,” kata Menteri Keuangan RI, Dr. Muhammad Chatib Basri, pada Senin (12/8) di Jakarta.
Pemerintah juga akan mendorong konsumsi rumah tangga. Ini merupakan kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah, karena konsumsi rumah tangga adalah salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar. “Presiden menyiapkan langkah keep buying strategy. Karena komponen terbesar dari PDB adalah konsumsi, maka jika konsumsi kuat maka PDB dapat tertolong,” lanjut Chatib.
Saat ini menurut pengeluaran, struktur Produk Domestik Bruto (PDB) didominasi konsumsi rumah tangga yang tumbuh 55,44 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 32,68 persen, Konsumsi Pemerintah 8,63 persen, ekspor 23,15 persen dan impor 25,72 persen.
Peredaran uang saat hari Idul Fitri mendorong transaksi ekonomi dan berkontribusi besar dalam konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi. “Bank Indonesia memperkirakan sekitar Rp 110 triliun uang dikeluarkan saat mudik. Jika dibandingkan dengan APBN baru, yang sejumlah Rp 1.600 triliun, jumlah itu hampir 10 persennya. Angka tersebut dicapai hanya dalam waktu satu bulan, maka memberi dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan,” kata Chatib lagi.
“Konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah (untuk gaji) yang akan mendorong perekonomian. Investasi mulai melambat dan pertumbuhan ekspor tidak bisa diharapkan,” tutup Chatib. (Antara)
Lihat Berita lainnya DI SINI
0 comments:
Post a Comment
Mohon Tinggalkan Komentar Anda